Metode EDFAT sebagai proses dalam pemotretan
Mengenal Metode “EDFAT” Dalam Ftoografi Jurnalistik
A. Pendahuluan
Fotografi telah berkambang dari masa ke masa. Pemilihan genre sudah tak asing lagi bagi semua fotografer baik pemula maupun profesional. Sangat banyak sekali genre fotografi seiring perkembangan jaman, namun genre fotografi tersebut dapat disempitkan berdasarkan fungsinya, yaitu :
1. Fotografi Jurnalistik adalah foto yang memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri, melengkapi suatu berita dan dimuat dalam suatu media. Foto jurnalistik juga dapat dikatakan sebagai bahan untuk dokumen dan juga arsip. Foto jurnalistik harus didukung oleh caption yang berisi penjelasan dari foto. Berikut pengertian fotografi jurnalistik menurut para ahli :
a. Menurut Oscar Motulohm, fotografer professional, foto jurnalistik adalah suatu medium sajian informasi untuk menyampaikan beragam bukti visual atas berbagai peristiwa kepada masyarakat seluas-luasnnya secara cepat.
b. Menurut Henri Cartier-Bresson, pendiri agen foto terkemuka di dunia dengan teorinya Decisive Moment, foto jurnalistik adalah berkisah dengan sebuah gambar, melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya berlangsung seketika saat suatu citra tersembut mengungkap sebuah cerita.
c. Menurut Zainuddin Nasution, tokoh foto jurnalistik asal Surabaya, foto jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan foto yang tujuan pemotretan karena keinginan bercerita kepada orang lain. Jadi foto-foto jenis ini berkepentingan dalam menyampaikan pesan kepada orang lain dengan maksud agar orang lain melakukan sesuatu tindakan psikologis.
2. Fotografi Komersial adalah foto yang memiliki tujuan untuk dikomersilkan atau ditujukan untuk memiliki nilai jual beli. Pada genre ini fotografi memiliki tujuan untuk memuaskan sebuah konsumen dan atau memuaskan pesanan dari klien.
3. Fotografi Ekspresi (foto seni/fine art photography) adalah suatu suatu karya foto yang memiliki nilai seni, suatu nilai estetik baik yang bersifat universal maupun terbatas. Hasil karya foto seni biasanya memiliki daya siman dalam waktu lama tanpa mengurangi nilai seninya. Sebuah karya atau foto dapat dikatakan sebagai benda seni,ketika bukan hanya merupakan hasil upaya proses reproduksi belaka. pemunculan ide atau gagasan dalam menciptakan foto seni tidaklah muncul begitu saja dan terkesan dadakan. foto seni yang baik biasanya melalui suatu proses pengamatan empirik komparasi, perenungan, dan juga serangkaian mimpi-mimpi yang panjang dan lalu berakhir sebagai sebuah eksekusi :konsep dan visi dan misi yang transparan dan baru. foto seni bukan merupakan merupakan bagian dari cabang seni rupa yang paling muda.
Setelah mengetahui beberapa gagasan fotografi, penulis bermaksud ingin memperkenalkan metode “EDFAT” kepada pembaca atau kepada penulis yang ingin melakukan sebuah penelitian tentang metode ini yang biasanya digunakan pada fotografi jurnalistik. Pada penulitan ini diambil dari beberapa sumber temasuk, jurnal, buku, dan laman tentunya.
B. Metode “EDFAT”
Metode ini sudah sangat dikenal dan diterapkan di lingkungan profesional khusunya bagi ppara wartawan baik skala nasional maupun internasional. “ Tidak banyak sumber pustaka yang menjelaskan metode EDFAT. Kebayakan pernyataan tentang EDFAT dituliskan tanpa menyertakan sumbernya. Satu-satunya penulis buku yang mengutarakan EDFAT adalah Streisel (2007)“ (Setiyanto dan Irwandi, 2017:32).
Streisel dalam karya tulis Pamungkas W. S. dan Irwandi (2017:32), menyatakan bahwa metode EDFAT perlu dipertimbangkan ketika fotografer melakukan pemotretan. Shobri dan wartawan senior Harian Kompas dalam karya tulis Pamungkas W. S. dan Irwandi (2017:32) menguraikan kelima aspek EDFAT sebagai berikut :
a. E=Entire, Dikenal juga sebagai ‘established shot’, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain. Untuk mengincar atau mengintai bagian-bagian untuk dipilih sebagai objek.
b. D=Detail, Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai ‘point of interest’.
c. F=Frame, Suatu tahapan saat mulai membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subjek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini.
d. A=Angle, Tahap ketika sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengonsepsikan aspek visual apa yang diinginkan.
e. T=Time, Tahap penentuan waktu penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas keempat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan
No comments:
Post a Comment